-->

other blogger

Tuesday, October 12, 2010

Jaza kallahu Khairan

yes akhirnya gw bisa memperjelas arti bersyukur dari judul artikel diatas
semoga bermanfaat buat BBB dan khalayak ramai.

Ada beberapa alasan kenapa gw angkat tema ini ke permukaan (dah kaya apaan aja ya :P )

Alasan pertama :
Banyak orang yang manggil gw sok agamis gara2 gw sering mengucapkan kalimat syukur, allhamdulillah jaza kallahu khairan ( untuk pria ), atau jaza killahu khairan ( untuk wanita ) atau jaza kummullahu khairan ( untuk jamak ).

Alasan kedua :
banyak orang yang bertanya ke gw, "dli lo baca apaan?? mantra biar dikasih lagi ya?" --", lo kira gw dukun yeee ( dukun jaman sekarang bacaannya pake bahasa arab si --a)

Alasan ketiga:
Kesel juga gw, jadi seperti kaum minoritas karena membuat perbedaan dalam mengucapkan terimakasih.
padahal menurut gw ini yg di ajarkan nabi muhammad SAW ( sunah rasul). pengertian sunah: berpahala bila dikerjakan, tidak mendapat dosa kalau tidak dikerjakan. ( jadi jgn menggangap gw aneh dong :P )

kebetulan gw nemu artikel ini, jadi jgn lupa di baca yah.

Sering kita mengucapkan kalimat (جَزَاكَ اللهُ خَيْرًا) (semoga Allah membalas anda dengan kebaikan) atau kalau kepada perempuan jazaka menjadi jazaki dan kalau orangnya banyak jazakumullahu khairan. Ternyata ini adalah sunnah Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam sebagaimana terungkap dalam hadits riwayat At-Tirmidzi dengan sanad sebagai berikut:

Al Husain bin Hasan Al Marwazi di Mekah dan Ibrahim bin Sa’id Al Jauhari menceritakan kepada kami, keduanya berkata, Al-Ahwash bin Jawwab menceritakan kepada kami, dari Su’air bin Al-Khims, dari Sulaiman At-Taimi, dari Abu Utsman An-Nahdi, dari Usamah bin Zaid yang berkata, Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ صُنِعَ إِلَيْهِ مَعْرُوفٌ فَقَالَ لِفَاعِلِهِ جَزَاكَ اللَّهُ خَيْرًا فَقَدْ أَبْلَغَ فِي الثَّنَاءِ

“Barangsiapa yang diberikan suatu kebaikan kepadanya lalu dia membalasnya dengan mengucapkan jazakallaahu khairan (semoga Allah membalasmu dengan kebaikan) berarti dia telah sempurna dalam memuji.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 2035).



Tinjauan sanad:

1. Al-Husain bin Hasan Al-Marwazi adalah guru At-Tirmidzi dan Ibnu Majah, Al-Hafizh Ibnu Hajar menganggapnya “Shaduq”. Ibnu Hibban memasukkannya dalam kitab Ats-Tsiqaat dan Abu Hatim mengatakan, “Shaduq”. (At-Taqrib 1/151, no. 1447, Tahdzib Al-Kamal 6/361-363, no. 1304).
2. Ibrahim bin Sa’id Al-Jauhari menurut Ibnu Hajar dia tsiqah lagi seorang hafizh (At-Taqrib 1/43, no. 204).
3. Al-Ahwash bin Al-Jawwab, Ibnu Hajar menganggapnya shaduq (jujur) mungkin ada keraguan. Ibnu Ma’in menganggapnya tsiqah dan Abu Hatim menganggapnya shaduq, salah satu gurunya adalah Su’air bin Al-Khims sebagaimana dijelaskan oleh Al-Mizzi. Dia salah seorang yang dipakai dalam Shahih Muslim sebagai hujjah. (At-Taqrib 1/54, no. 327, Tahdzib Al-Kamal 2/288, no. 286).
4. Su’air bin Al-Khims, Ibnu Hajar menganggapnya shaduq dan dia dipakai dalam Shahih Muslim berupa hadits tentang waswas. Ibnu Ma’in dalam riwayat Ad-DAuri menganggapnya tsiqah, Abu Hatim menganggapnya shaduq dan Ibnu Hibban memasukkannya dalam kitab Ats-Tsiqaat. (At-Taqrib 1/250, no. 2680, Tahdzib Al-Kamal 11/130, no. 2394).
5. Sulaiman At-Taimi, dia adalah Sulaiman bin Tharkhan At-Taimi, karena memang dialah murid Abu Utsman An-Nahdi dan salah satu muridnya adalah Su’air bin Al-Khims. Tsiqah ‘abid dipakai oleh Al-Bukhari dan Muslim dan empat penyusun sunan. (At-Taqrib 1/261, no. 2836, Tahdzib Al-Kamal 12/5, no. 2531).
6. Abu Utsman An-Nahdi, namanya adalah Abdurrahman bin Mull, tsiqah tsabat ‘abid, memang biasa meriwayatkan dari Usamah bin Zaid. (At-Taqrib, 1/396, no. 4494, Tahdzib Al-Kamal 17/424, no. 3968).

Islam mengajarkan ucapan terimakasih kepada siapa saja yang berbuat baik kepada kita, sekecil apapun kebaikan itu. Tidak boleh mengingkari kebaikan orang yang telah kita nikmati, sebagaimana sabda Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam:

مَنْ أُعْطِيَ عَطَاءً فَوَجَدَ فَلْيَجْزِ بِهِ وَمَنْ لَمْ يَجِدْ فَلْيُثْنِ فَإِنَّ مَنْ أَثْنَى فَقَدْ شَكَرَ وَمَنْ كَتَمَ فَقَدْ كَفَرَ

“Siapa yang diberi pemberian maka hendaklah dia membalasnya dengan itu pula. Kalau tidak maka dengan memuji, sebab dengan memuji berarti telah berterimakasih dan siapa yang menyembunyikan (kebaikan orang padanya) berarti dia telah kufur nikmat.” (HR. At-Tirmidzi, no. 2034).

Berterimakasih kepada sesama manusia merupakan salah satu bentuk syukur atas nikmat Allah, sebagaimana terungkap dalam hadits dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda,

لاَ يَشْكُرُ اللهَ مَنْ لاَ يَشْكُرُ النَّاسَ

”Tidak dinamakan bersyukur kepada Allah bagi siapa yang tidak berterimakasih kepada manusia.” (HR. Abu Daud, no. 4811, At Tirmidzi no. 1954 )[1]

Al-Khaththabi menjelaskan hadits ini mengandung dua kemungkinan, pertama, orang yang menjadi kebiasaannya adalah mengingkari nikmat dari manusia, maka juga akan menjadi tabiatnya mengingkari nikmat Allah.

Kemungkinan kedua, bahwa Allah tidak menerima syukur dari seorang hamba kalau si hamba itu tidak pandai berterimakasih atas kebaikan orang lain, karena keduanya saling berhubungan.[2]

Jadi, jangan remehkan ucapan terimakasih kepada siapapun yang berjasa, baik memberi bantuan materil maupun moril, karena itu adalah salah satu bentuk syukur kepada Allah Ta’ala.


Demikian semoga bermanfaat, dan saya ucapkan JAZAKUMULLAHU KHAIRAN atas perhatiannya..:)



[1] Dianggap shahih oleh Al-Albani dalam Shahih At-Targhib, no. 973, dan As-Silsilah Ash-Shahihah, no. 416.

[2] Lihat: Ma’alim As-Sunan, juz 4 hal. 113 ketika menjelaskan hadits di atas.

No comments: