-->

other blogger

Tuesday, May 22, 2012

Jump Traveller: Tanah Kelahiran Ibu. [Part 2]

Supir Jawa vs Supir Sumatera.

nah di bagian ini saya mw bercerita sedikit perbedaan supir lintas jawa dan supir lintas sumatera.
Perhatian, dibawah ini saya tidak bermaksud untuk menjadi rasis terhadap suku jawa atau suku sumatera, ini hanya bagian lucu dalam perjalanan yg saya dapatkan.

Dari wajah, kalian pasti udah bisa langsung mengenali mana supir jawa dan mana supir sumatera hanya dengan melihat sepintas wajar sang driver.
Supir sumatera itu punya wajah tegas, kalo kita ngeliatnya juga kita udah bisa ngebayangin gimana cara nih orang ngebawa kendaraannya.
Wajah supir sumatera juga garang, yg ngebuat kita jadi agak ga berani buat ngobrol ama mereka, antara  takut di telen idup-idup atau takut di palak. hahahaha.

Beda ama supir jawa yang punya wajah kalem atau malah terkadang terlihat agak melas dikit, yg saya aja jadi khawatir ini supir bakalan tidur apa ga ya kalo bawa bus malem. Yang ngebuat saya yakin kalo nih supir ga tidur adalah kaleng kratingdeng atau minuman tenaga laennya yg berjejer di dashboard bus, dan tentunya selain yakin ama yg diatas juga. hahahahha.
supir jawa itu punya wajah bersahabat, karena sangat bersahabatnya muka mereka, bahkan mungkin kalian bisa curhat masalah percintaan, karir atau keuangan ama tuh supir sekalian minjem uang kalo emang lagi kehabisan uang diperjalanan.

Lain wajah lain pula badan, untuk badan. Umumnya supir sumatera itu memiliki badan berotot khususnya dibagian lengan, ini mungkin disebabkan seringnya megang setir atau ganti ban bocor di tengah jalan, karena jalan lintas sumatera saat itu adalah "sangat indah". Mereka juga memiliki tatto, kebanyakan tatonya itu ada di punggung jempol sampai ke bagian lengan, tattonya juga bervariasi dari uler, bunga, pisto, love. Tapi selama yg saya perhatikan jarang ada tato tulisan, apalagi sejenis tulisan "rindu kampuang" atau "idaman mertua".

Kalau badan supir jawa itu bervariasi, ada yg kecil, sedang, besar sampai gemuk pun ada. otot-otot mereka pun bervariasi, ada yg besar di leher, di tangan, kaki, sampai perut. saya sendiri belum melakukan sebuah penelitian, hipotesis sementara saya itu adalah mereka memiliki pekerjaan selain menjadi supir, mungkin ada yg kuli pangul dan ketika dibutuhkan menjadi driver mereka siap sedia, atau dulunya mereka para jamet (jawa metal) yang badan besar karena pergi merantau keluar negeri, tapi itu hanya hipotesis asal-asalan saya, jgn di generalkan. hahahaha.

Dari cara membawa kendaraan,
Perawakan mereka semua kurang lebih mengambarkan bagaimana cara mengemudi mereka, kalau menurut pribahasa mah,"buah jatuh ga jauh dari pohonnya" <-- ga tau bener apa ga nih pribahasa.

Supir sumatera tegas dalam membawa, cepat dan agak ugal-ugalan. Ugalan-ugalan ini kurang lebih disebabkan karena sang supir mencoba menghindari jalan yg berlubang atau karena ingin melewati kendaraan didepan dengan lebar jalan yg kecil. Karena hal ini juga perjalanan 10 jam akan terasa sangat menegangkan dan membuat mata sebentar-sebentar terbangun untuk memastikan bahwa saya masih berada didunia ini dan tidak mengalami kecelakaan.
Denger punya cerita juga, kenapa mereka sangat ngebut di tengah malamnya hutan sumatera itu karena menghindari bajing loncat yg sering bermunculan untuk merampok, bahkan menurut cerita kenek (saya cuma berani nanya ke kenek, soalnya muka supirnya serem) bahwa mereka sudah memiliki jam-jam pasti kapan harus berhenti, lanjut ataupun bermalam. Dia cerita, jam 11 harus sampai lampung, kita bermalam dilampung dan berangkat jam 4 pagi, soalnya kalau di paksakan akan melewati malah hari di tengah hutan dan itu akan menjadi berbahaya.
Dan kalian akan semakin tidak bisa tertidur nyenyak setelah mendengar cerita sang kenek kan? dodol nya saya segala nanya beginian, jadi semakin mata kerlap kerlip terjaga dari tidur karena ada rasa was-was. hahahahhaha.

Supir jawa alon-alon kelakon sing penting selamet, semboyan yg lumayan tepat untuk para supir jawa. Sepertinya kalian sudah sering menikmati dikemudikan oleh supir jawa. Nyaman karena sedikit jalan yg menyebabkan ugal-ugalan dan jalur jawa banyak lurus serta bagus membuat anda nyaman untuk tidur didalam perjalanan. Banyaknya tempat pemberhentian di sepanjang jalur jawa itu seakan-akan memanjakan para penumpang, walaupun banyak berhenti tapi setidaknya ketika kita mules atau kebelet buat ke toilet, kita bisa minta tolong sang supir untuk berhenti bentar. Coba kalian bayangkan kalo kebelet di lintas sumatera dimalam hari? brrrr, yg ada ditinggal ama tuh bus dah. hahahahha.

Dan hal ini terjadi diperjalanan saya, kebelet buang air besar di jalur sumatera sampai-sampai karena ga kuat nahan harus buang air di celana. >.<
Ini bener-bener terjadi, ga pake tepu atau boong, tapi bukan saya yg jadi tersangkanya. Sekali lagi ingat, bukan saya tersangkanya.
Tersangkanya itu adalah anak kecil didepan saya, coba kalian bayangkan pas didepan tempat duduk anda, anda mencium bau yg tak asing lagi dan sangat khas. Saya ama rudy awalnya saling tuduh menuduh bahwa lo kentut ya? | ga cuy lo kali yg kentut, karena bau nya ga hilang-hilang dan semakin menjadi, tuduhannya naik pangkat menjadi, lo boker dicelana ya rud? | lo kali yg boker gol.
Ternyata bukan kita aja yg mencium bau itu, satu bus pun mencium baunya, (ya eyalahhh, tokai cuyyy, bus AC pula, muter-muter dah tuh bauh didalem bus)
Semua peralatan kita (saya ama rudy) yg ada dibawah kursi segera diselamatkan, dan ternyata yg kita takutkan itu terjadi, cairannya mengenai barang-barang(makanan dan minuman) kita, terpaksa harus di buang. >.<
Akhirnya, Karena bau yg semakin menyengat itu para penumpang lain meminta supir untuk berhenti dan membersihkan si anak kecil itu. kalian tau berapa lama menunggu untuk supir itu berhenti? sang supir berhenti ketika ada dengan sebuah rumah dipinggir jalan, dan menunggu untuk ketemu si rumah itu kalo ga salah 30 menit sampai 1 jam. Berbahayanya negara indonesia ini, sampai-sampai untuk buang air besarpun sangat susah. >.<

Perjalanan dengan bus selesai pas gw harus turun di terminal pagar alam. Kota dingin dan nyaman, jauh dari kemacetan, kebisingan dan keangkuhan penduduk Jakarta. Kota yg dari sana lo bisa melihat gagahnya sang Dempo, gunung yg bisa dibilang menjadi landmark kota tersebut. Dari gunung ini juga, nama armada bus yg saya naiki itu berasal. "ah, pengen sekali saya melompati gunung ini." Tujuan kita masih jauh, pagar alam itu hanya titik terjauh yang bisa dicapai oleh bus dari jakarta tersebut. Perjalanan kita masih 4 jam lagi dari pagar alam.
Tanjung Sakti, yaps itu nama tujuan kita. Kampungnya mamang rudy, yang kata dia orang jakarta itu akan sangat menyolok perbedaannya dengan orang desa. Tempat dimana rudy akan tersohor seseantero kampung karena keberanian bapaknya untuk merantau ke jakarta bersama ibunya.
"Ketika lo merantau dan lo berhasil, Lo akan menjadi buah bibir banyak orang"
Ini memang berlaku di Sumatera. Rudy sedang menikmati ketenaran bokapnya.
...


Before : Jump Traveller: Tanah Kelahiran Ibu. [Part 1]

1 comment:

Anonymous said...

Assalamualaikum.. =)
Hehe, cerita yg menarik walaupun dgn membaca saya bole bayangkan dan rasakan ape yg berlaku, part bauan itu pun saya dpt bayangkan dan dpt bau sekali.. Hehe.. =)
Tapi mana sambungan nya? Di tunggu ni..
=D