-->

other blogger

Thursday, April 12, 2012

Jump Traveller: Tanah Kelahiran Ibu. [Part 1]

Perjalanan Jauh itu Menyenangkan

Halo, Perkenalkan nama saya Muhammad Fadli Nurhasan,
Umur saya hampir mendekati seperempat abad, hobi saya waktu kecil suka membaca komik dan bermain dengan hewan, memasuki SMA hobi saya bermain game petualangan. Bisa dibilang mungkin hobi game saya inilah yang membuat saya senang berpetualang berpergian ketempat baru, menghirup udaranya dan berkomunikasi dengan sekitar.

Perjalanan pertama saya keluar pulau jawa adalah ketika mencoba untuk mengunjungi tanah kelahiran ibu, yaitu di Palembang, Sumatera Selatan.
Selama hidup, saat umur 20tahun lah saya baru bisa bermain-main di tanah kelahirannya. Maklum saat kecil dulu, untuk bisa ikut pergi ke tanah abang sama ibu aja saya harus merengek menangis didepan rumah, baru deh beliau mengabulkan permintaan saya.

Tentunya dengan catatan Ga boleh minta yg macem-macem dan Ga boleh MUNTAH.
muntah? ga minta yg aneh-aneh? ah kecil itu mah, pikir saya dalam hati. Dan saya pun menyanggupinya.

Dulu, saya ga tau gimana rasanya perjalanan jauh, pertama kali dan paling jauh mungkin yaa itu, ke tanah abang. Dalam pikiran saya saat itu cuma ada 3 kata seruuuuu, seruuuuu dan seruuuuu. Dan saya yakin kalian juga pasti mengalami masa-masa seperti itu, seruuuu kan? hahahahah.

Dulu, saya pikir tanah abang itu taman bermain atau sejenisnya. Ternyata sebuah pasar besar yg membuat saya sangat berat menahan godaan persyaratan yg setujuin tadi. Bayangkan, sebuah pasar, pasar gede, sekali lagi PASAR Sobbb, yg notabennya maenan ada dimana-mana, betebaran kaya disurga aja, ada robot-robotan, pistol-pistolan, orang-orangan dan banyak lagi.

Iman saya waktu itu masih lemah, ga kuat menahan godaan yg begitu berat, walhasil saya pun mengeluarkan jurus pamungkas seorang anak kecil, merengek nangis dan mainan poweranger pun ditangan saya. Dahsyat bukan jurus pamungkasnya? B-)

Untuk persyaratan kedua, mungkin kalian udah bisa menebaknya. Yaps, bisa dipastikan saya mual dan muntah, salah saya sendiri minta naek bus tingkat yg tinggi dan duduk diatasnya, kirain bakalan seru dan enak, ternyata seru diawalnya doang habis itu mual dan muntah. >.<


Itulah salah satu kenangan perjalanan saya sama ibu. Maaf-Maaf, jadi malah ga fokus nih>.<

Kembali ke tanah sumatera selatan,
Sebenarnya ada 3 alasan kebetulan yang membawa saya pergi ke tanah sumatera selatan,
Pertama adalah untuk menghadiri pernikahan sahabat sewaktu saya ngekost di bandung, Muhammad Ibrahim.
Kedua, Saya ke sana bersama sahabat saya, Rudy Mahong. Yang notabennya dia itu orang asli sumatera selatan, jadinya sekalian menemani dia pulang kampung di momen lebaran.
dan yang terakhir, seperti yg sudah saya ceritakan diatas. Mencoba bersilahturahmi dengan kampung kelahiran ibu.
Bermodalkan ketiga alasan itulah saya menjadi yakin untuk berangkat.

Kampung Rudy itu Tanjung Sakti - Pagar Alam, Sebuah daerah di sumatera selatan yang berbatasan dekat dengan bengkulu.

Kampung dia agak dipedalaman, yg kalo kalian kesana berasa banget suasana desanya juga keakraban penduduk desa satu dengan yang lain. Jauh kalau dibandingkan dengan masyarakat perkotaan yg sekarang ini lebih menganut paham "lo lo, gw gw", yang terkadang ga peduli kalo ada tetangganya sakit bahkan untuk menghadiri pemakaman tetangganya aja dengan sangat berat hati.

Perjalanan saya di mulai ketika bapak mengantarkan saya ke point square di malam hari buta, 2 hari setelah lebaran kedua ditahun itu. Point Square menjadi tempat meeting point saya dengan Rudy. Sebuah bangunan mall yang tinggi dan besar itu terletak dibilangan jakarta selatan  berhadapan dengan carefour serta dekat dengan terminal bus lebak bulus dan Universitas Islam negeri syarif hidayatullah Jakarta, kampus yang menjadi tempat sahabat saya itu mencari selembar kertas ijazah.

Malam itu, sebelum menuju rumahnya, Rudy membawa saya ke rumah makan pecel di pinggiran jalan, katanya sih sekalian makan malem dan membicarakan rencana perjalanan kesana.
rencana A dibuat, rencana B dipersiapkan dan rencana C untuk emergency case (kaya tidur di mesjid, numpang di mushala pinggir jalan, tidur di halte, dll)
Rudy, Pemuda palembang asli dengan wajah berparas cina, berbadan tinggi besar dan seorang atlit bola volli, kalau udah membicarakan sebuah rencana, matanya seakan-akan bersinar mengeluarkan sebuah cahaya semangat aura wajah berubah, yang kalau kita melihatnya itu seakan-akan terhipnotis dan tanpa sadar menjadi ikut bersemangat. "Ah, emang si mahong(panggilan si rudy) ini, paling jago kalau udah ngomong." gumam dalam hatiku.
note: dulu waktu jalan ama saya, nih orang masih single. sekarang udah taken. _-"

Mungkin dengan kelebihan ini juga yang ngebuat dia dengan mudah dapetin pacar. Hitung aja selama di SMA, saya yang dari kelas satu sampai tiga ga punya pacar, dia dalam satu tahun bisa ganti 2 sampai 3x pacar.

Akhir pembicaraan rencana menghasilkan sebuah rencana seru dan juga dua buah pesan yang Rudy sampaikan ke saya.
Pertama, Jangan bawa peralatan elektronik terlalu banyak.
Kedua, Jangan lupa bawa rokok kretek beserta koreknya.

Dua buah pesan yang membuat saya agak binggung dan rasa ingin tahu membuat saya mengeluarkan pertanyaan yang dijawabnya dengan simple dan ringkas "tar lo liat aja sendiri gol".
malam itupun saya tidur dengan hati gelisah, gelisah karena ketidak sabaran hati untuk memulai petualangan ini, gelisah karena rasa rindu ingin mencium dan bersilahturahmi di tanah kelahiran ibu saya juga gelisah dengan dua pesan sahabat saya itu.

Pagi hari teng, "Rudyyyy, Rudyyyy, Rudyyyy... bangun nakkk" posisi kamar Rudy yang berada di lantai dua membuat teriak Ibu rudy dari bawah terdengar seperti bisikan lembut di sebelah telingga, kesiangan ini efek dari terlalu lama di rumah makan semalem.
Sarapan bersama sambil ngobrol bersama membuat suasana pagi hari menjadi ceria dan ramai. Petuah dan nasehatpun keluar berondongan dari kedua orang tua sahabat saya itu.

Siang hadir, ba'da dzuhur. Kita di antar bapaknya mahong menuju ke kalideres, tempat dimana bus menuju palembang nongkrong.

Bus rencana bertolak dari kalideres di jam 1 siang, selama perjalanan banyak pertanyaan keluar dari saya, dimulai dari pengulangan rasa ingin tahu dari dua pesan sakral itu, apakah kita sempet melihat sunset nanti, sampai berapa kali kita berhenti selama perjalanan. 

Mungkin rasa penasaranya kurang lebih sama kaya Nabi Musa AS yang ketika bertemu Nabi Khidir AS, diperintahkan bersabar dan ga pake nanya. <--- Persamaan yg lebay. _-"
 Lagi-lagi si mahong ngejawab simple dan ringkas "liat aja nanti, skrng istirahat aja"

"ngonggggg... ngongggg... ngongggg" kepulan asap hitam keluar dari cerobong besar kapal ferry yang sudah uzdur terdengar seperti menjerit meminta tolong untuk segera di pensiunkan. Suara yang berhasil membuat saya terjaga dari tidur itu sekaligus memberikan isyarat bahwa bus sudah berada di area pelabuhan dan siap menyebrangi selat sunda menuju ke bhakauni-lampung. Ketika nyawa terkumpul semua, baru saya sadar kalau bus bukan lagi di areal pelabuhan tapi sudah didalem kapal.

Nah, sebenernya ada bahagia dan juga khawatirnya ketika sadar bus udah ada didalam kapal.
bahagia karena saya ga perlu beremosi ria untuk menunggu kemacetan sepanjang jalan menuju masuk keperut kapal karena dalam keadaan tidur nyeyak, mw tuh macet kaya gimana, saya lebih memilih untuk menonton sebuah drama didalam mimpi saya.
Dan saat itu khawatir karena, saya takut karena ketiduran tersebut menyebabkan saya ga sempet ngeliat sunset, ini bahaya bener nih, pertama kali melakukan perjalanan nyebrang laut sore menuju malam, masa ga nyempetin ngeliat sunset dah. _-"

Bangun, keadaan dalam bus sepi. Isi bus pun hanya beberapa benda hidup yg tengah tertidur pulas sehabis di nina bobokan oleh kemacetan jalan, dan benda mati yg hampir memenuhi isi bus. Sebelah kiri saya ada mahong yg ternyata tertidur juga. Saya coba bangunkan dia dan memberitahu kalau posisi udah di dalam perut kapal, mencoba menyadarkannya dengan meniru bunyi game counter strike, "roger that, report position". game yg saya dan temen-temen paling doyan maenin bareng-bareng waktu jaman SMA.
Si mahong berhasil bangun, saatnya melihat keadaan luar, apakah sudah gelap atau masih senja. Bus berada di dalam perut kapal yang saat saya terbangun, saya g bisa mengetahui ini udah malam atau masih sore karena ga ada cahaya matahari yg masuk dan saat itu saya ga pake jam tangan.

Lewat tangga darurat saya ama mahong menuju kebagian atas kapal, dan allhamdulillah ternyata cahaya matahari masih nyolek-nyolek mata saya. "yes, belum tengelem" gumam saya.
Tujuan pertama yg di cari mahong itu bagian paling atas kapal, tempat dimana mushola dan bagian kapal yg masih "lumayan" bersih. ya lumayan dengan tanda kutip ini pasti sudah bisa membuat kalian paham bagaimana keadaan kapal ferry milik republik indonesia ini.

Sholat udah, sekarang saatnya selonjoran di pinggiran kapal ga jauh dr tempat mushola untuk menikmati matahari yg udah bisa di lihat pake mata telanjang. Ini pengalaman pertama saya melihat sunset di atas kapal, Hati itu akan berkata Subhanallah. Pantulan cahaya matahari senja kepermukaan laut itu seakan-akan membuat saya melayang, termenung, kagum dan saat itu sempat terpikir dibenak saya untuk menjadi seorang pelaut. hahahahahah. #Indah
Malam datang bersamaan dengan angin laut yg semakin dingin, angin laut yg membawa buih menerpa wajah saya, asin dan lengket. Perjalanan ini di mulai tanpa mandi sore dengan badan lengket air laut.

Perhentian bus pertama itu di daerah lampung, saya lupa nama tempatnya dan nama rumah makannya. Kita makan, tapi yg kita makan itu bekel dari nyokapnya mahong, pecel ayam dengan sambel dan sayur lalap. Ini bagian mantabnya, sambel buatan nyokap mahong itu sadis ajibnya, bakalan bikin nagih dah, sayang saat ntu ga sempet ngambil potonya. >.< . sambel khas orang asli sumatera selatan yg menetap lama di jakarta. nyam... nyam.. nyam..

Mahong bilang, dari tempat ini (lampung,rumah makan tea) sampai ke palembang nanti lo bakalan ngerasaain bedanya bus lintas sumatera dengan bus lintas jawa. Mahong bilang, supir-supir lintas sumatera itu lebih skill,mantab dan berani daripada supir-supir lintas jawa, dengan nada sedikit meninggikan dan menyombongkan akan ras tanah kelahirannya.

Next: Jump Traveller: Tanah Kelahiran Ibu. [Part 1]

2 comments:

SiLv3R said...

Hoho, okeoke, ditunggu :D

Unknown said...

hahahah, ini udah terbengkalan pisan. _-" pulang jalan-jalan langsung bikin drop badan. >.<